Kamis, 08 November 2012

Hemm.. interview??



Still from diary of a jobseeker.

Para jobseeker pasti familiar dengan yang namanya interview kerja. Bagi anda yang sudah bekerja, coba putar sedikit ingatan anda tentang pengalaman itu. Memikirkannya saja pasti membuat anda para worker tersenyum geli mengingat kenangan itu. Saya tau persis bagaimana kondisi dan perasaan seorang jobseeker sebelum memasuki ruang interview. Deg-degan. Keringat dingin. Selalu melihat jam tangan. Melihat sekeliling. Panic

Saat nama anda dipanggil. Keyakinan, kepercayaan diri dan ketakutan berbaur menjadi satu tercetak jelas pada pandangan mata dan langkah anda. Demi satu tujuan: Saya harus lolos.

Tahap interview sendiri biasanya diadakan setelah tes psikotes, tapi tidak menutup kemungkinan (tergantung kebijaksanaan perusahaan) interview dilakukan di awal yang dikenal dengan interview seleksi, nah di interview seleksi disini biasanya para jobseeker banyak yang di eliminasi.

Saya kemarin baru nemu sebuah artikel menarik tentang wawancara. Silahkan cek disini.

Bagi saya sendiri, sampai saat ini saya pernah mengalami 3 jenis wawancara yang berbeda. Wawancara dengan HRD perusahaan, wawancara dengan tim psikolog dan wawancara dengan user (atasan). Kalo anda pernah mencoba tes PPS BRI, pasti anda akan berhadapan dengan 3 jenis wawancara tersebut. Tapi tidak semuanya perusahaan menerapkan tes wawancara sebanyak itu, ada yang menerapkan wawancara sekali yaitu dengan user ataupun yang paling umum hanya dua tahap yaitu dengan HRD & User.

Nah sekarang saya akan bagi-bagi tips dan saran seputar 3 jenis wawancara tersebut. Saya menulis ini hanya berdasarkan pengalaman saya semata, Saya tidak berniat menggurui atau merasa hebat atau apapun, saya hanya ingin membagi pengalaman saya saja. No more.

Wawancara awal ataupun bisa disebut wawancara seleksi. Ini dilakukan setelah para jobseeker lolos tes administrasi. Pada wawancara seleksi ini anda bisa melihat dan mengetahui berapa banyak orang yang berminat dengan pekerjaan dan posisi tersebut. Wawancara awal ini dilakukan oleh tim HRD perusahaan tersebut. Wawancara ini hanya singkat sekitar 5-10 menit. HRD hanya ingin melihat dan sedikit mengenal anda, mengetahui motif tujuan anda melamar di perusahaan tersebut dari form yang sudah diisi. Pada tahap ini sikap harus sangat di jaga, karena pada tahap ini eliminasi besar-besaran bisa terjadi. Yang perlu dilakukan adalah jawaban yang dilontarkan harus semenarik mungkin, anda harus menunjukkan passion anda. Jangan sampai pesona anda tenggelam diantara ribuan jobseeker yang lain. Jawablah pertanyaan setegas-tegasnya tapi tidak terkesan sombong, dan juga tidak bertele-tele, tampilkan sorot mata dan aura percaya diri. Hal itu bisa menarik HRD untuk ingin terus mengenal anda yang artinya kesempatan lolos semakin besar.

Wawancara psikologi jarang dilakukan oleh perusahaan, apalagi jika tim psikolognya diambil dari tim Carreer Development Kampus-kampus. Wawancara tipe ini biasanya sudah digabung dengan wawancara HRD. Saya mengikuti wawancara ini pertama kali saat mengikuti tes PPS BRI. Wawancara ini dilakukan oleh tim psikolog yang umurnya bisa diperkirakan tidak jauh berbeda dari anda, karena biasanya mereka juga sama-sama lulusan S1. Karena itulah pada wawancara ini akan terbangun suasana nyaman, karena psikolog akan berusaha membuat anda tenang dan tidak gugup. Pertanyaan yang diajukan pun hanya seputar diri anda namun lebih jauh lagi, psikolog ingin melihat bagaimana anda menceritakan pengalaman hidup anda. Psikolog juga akan menanyakan pertanyaan seputar prestasi, visi-misi hidup, kegagalan yang pernah dialami. Di sini psikolog akan bisa melihat apakah anda orang yang rendah diri, sombong, atau pamer dari cara anda bercerita. Psikolog juga akan memakai berkas dari hasil psikotes anda sebagai tolak ukur dari apa yang telah anda ucapkan. Hati-hati  dengan berbohong karena akan membuat semua usaha anda sia-sia, terlalu rendah diri juga tidak baik, karena terkesan anda seorang yang minder. Ceritakanlah dirimu seadanya. Jangan melebih-lebihkan. Lalu bagaimana dengan sikap??

Waktu mengikuti tes ini pertama kali, saya menerapkan adab berwawancara yang biasa saya lakukan, namun apa hasilnya? Saya malah terlihat grogi dan terlihat kaku. Psikolog sudah tersenyum lebar pada saya mulai dari saya membuka pintu, kemudian saat saya ingin menjabat tangan dan menunggu perintah duduk dari psikolog, saya malah di tanya siapa nama panggilan saya, padahal saya belum duduk. Kemudian psikolog tersebut menjabat tangan saya lembut, kemudian dia mempersilahkan duduk, lalu bertanya kabar. Saya benar-benar terlihat kaku karena saat psikolog mencoba mengakrabkan diri, saya sendiri malah bingung, apakah saya harus seperti ini atau terbawa santai. Suasana nyaman, itulah yang diinginkan oleh psikolog. Suasanan nyaman akan membuat seseorang untuk terus bercerita apa adanya tanpa takut dengan apapun.

Kalo wawancara awal biasanya dilakukan oleh HRD sebelum psikotes, namun ada wawancara HRD yang lainnya yang dilakukan setelah tes psikotes. Tidak jauh beda dengan 2 wawancara diatas, pertanyaan yang diajukan pun masih seputar diri kita dan motivasi kita masuk dalam perusahaan. Hanya saja dalam wawancara HRD ini kita akan mendapat gambaran dan penjelasan singkat mengenai perusahaan dan posisi yang dilamar dan tingkatan apa saja yang harus dilalui setelah lolos nanti. Agak lancang kalo kita menanyakan gaji, tapi biasanya obrolan seputar gaji juga terjadi dalam wawancara ini, dan juga mengapa kita resign dari perusahaan terdahulu. Karena rata-rata orang HRD juga lulusan psikolog, jadinya mereka juga menilai anda dari cara bertutur kata. Untuk manner tetap harus dijaga, pastikan adab berwawancara tetap dilakukan seperti senyum, jabat tangan, perintah duduk dan sikap duduk yang benar. Jangan sungkan untuk bertanya jika dipersilahkan bertanya, karena memang anda harus bertanya. Pertanyaan yang diajukan oleh anda harus seputar pekerjaan dan posisi yang anda lamar, tapi jangan terlalu memaksa bertanya tentang besaran gaji (apalagi untuk fresh graduate), tunjangan ataupun fasilitas, karena ini akan mengindikasikan kita hanya ingin menikmati enaknya saja. Pertanyaan yang diajukan seperti apa ada jenjang karir bagi posisi tersebut, atau apa ada pelatihan ataupun seminar yang berhubungan dengan pengembangan diri, ataupun menanyakan tentang ritme kerja perusahaan tersebut. Pertanyaan ini akan menilai bahwa anda antusias dengan perusahaan tersebut.

Wawancara User
Kalo sudah sampai tahap ini, berarti langkah anda benar tinggal selangkah. Biasanya setelah dinyatakan lolos dari user, masih ada tahapan medical check-up, kemudian ada juga yang langsung melakukan masa training. Pada tahap ini para jobseeker diharuskan tampil sangat maksimal, baik dari penampilan maupun performa dalam mempersiapkan materi. Para jobseeker diharuskan mengetahui dan mencari tahu perusahaan dan posisi yang dilamar. Antusias terhadap perusahaan akan membawa nilai plus bagi anda. Bagi anda yang melamar di bank, di harap mempersiapkan pengetahuan umum seputar Bank. Bagi anda yang melamar di bidang finance, anda tentu harus mempelajari bidang tersebut. Namun ada kalanya pertanyaan yang diajukan user malah tidak jauh beda dengan yang ditanyakan HRD yaitu tentang diri anda, ada juga user yang memang mengajak anda berdiskusi dan sebagainya. Anda tidak bisa menebak seperti apa user anda tersebut, tapi setidaknya anda bisa mengira-ngira pertanyaan apa yang akan diajukan. Cara anda berkomunikasi, berpendapat, menyanggah dan melontarkan ide-ide akan menjadi nilai tersendiri bagi user. Sikap? Tetap harus di jaga. Adab wawancara sangat perlu digunakan dalam tahap ini.

========

Saya ingin bercerita mengenai pengalaman interview user saya yang pertama.
Saya benar-benar tidak menyangka setelah 2x mencoba dan terus gagal dalam seleksi perusahaan ini, perusahaan yang bergerak dibidang finance, akhirnya saya lolos. Bisa dibilang prosesnya sangat cepat hingga saya bisa mencapai ke tahapan terakhir yaitu User, karena setelah ini saya akan mengalami tahap pembacaan kontrak dan melalui masa training selama 10 bulan. Saya bersyukur karena setelah percobaan ketiga akhirnya saya maju terus. Kenapa saya pantang mundur pada perusahaan ini, bukan karena perusahaan ini sudah mempunyai nama dan memiliki wilayah operasional di seluruh Indonesia. Bukan... oh okee itulah alasan saya waktu pertama kali mengajukan lamaran. Kenapa saya terus mencoba, karena 2x saya gagal di tes yang sama yaitu Psikotes. Saya tentu heran setengah mati, dengan soal yang tidak jauh beda dari psikotes-psikotes lainnya, mengapa saya bisa tidak lulus. Saya tidak meragukan kemampuan saya, karena inilah yang membuat saya terus mencoba dan akhirnya saya terus maju. Proses seleksi meliputi tes administrasi, tes psikotes lengkap, wawancara HRD, psikotes lanjutan lalu wawancara user.

Seperti yang saya tulis diatas, sebelum melakukan interview user saya juga mencari tahu tentang perusahaan tersebut, saya mempelajarinya dengan baik. Tapi tetap saja apa yang ditulis di internet terlihat sangat dasar, hanya sebatas profil. Saya benar-benar mempersiapkan diri saya sebaik mungkin, serapi mungkin dan secantik mungkin, hehehehehehe. Saya juga berangkat setengah jam sebelum tenggat waktu. Persiapan yang matang bukan. Saya juga merasa yakin dengan diri saya, apalagi saya mendapat sedikit bocoran dari beberapa jobseeker yang telah melewati wawancara ini pertanyaan yang diuji yaa masih tentang seputar diri kita, profil perusahaan dan pengalaman kita selama berorganisasi dan juga ditanyakan perihal skripsi. Okee hal terakhir tidak diduga. Skripsi??

Di ruang tunggu, saya benar-benar gugup luar biasa, maklum itulah pengalaman pertama saya. Walaupun beberapa orang lalu lalang di depan saya tetap tidak menurunkan kadar gugup saya. Saya melihat seseorang lalu lalang yang tengah menerima telfon di depan saya, masih terlihat muda dan berwajah chinese. Pria ini sering aku jumpai manakala aku masih mengikuti tes-tes sebelumnya. Dan siapa sangka dia ternyata user saya, atau bisa dibilang atasan saya kelak jika bekerja di perusahaan tersebut. Cukup lama menanti waktu masuk. Saya masih terus melihat user yang tengah membaca beberapa berkas yang saya yakini adalah berkas-berkas pelamar. Akhirnya saya masuk setelah dipersilahkan. Seperti biasa saya melakukan adab berwawancara. Di kala saya berlaku kaku dengan adab berwawancara tersebut, user malah terlihat sangat santai dan welcome. Terlihat jelas saya kaku dan grogi sedangkan dia santai, cara duduknya pun mencerminkan bahwa dia tidak peduli dengan sikap kaku saya.

Pertanyaan pertama, ceritakan tentang diri anda. Saya pun menceritakan diri saya, beberapa pertanyaan dari beliau pun saya jawab dengan tegas. Kemudian beliau menanyakan tentang profil perusahaan, di kala saya tengah menjelaskan, beliau pamit keluar. Alhasil konsentrasi saya buyar. Saya pikir beliau bosan, namun wawancara ini masih sangat awal sekali. Beliau kembali membawa air putih dan minyak angin. Oh okee beliau sedang tidak enak badan, menurut saya. Saya kembali membangun konsentrasi saya. Pertanyaan berikutnya membuat saya merasa jengah, mengapa? Beliau mulai bertanya hal-hal yang memaksa saya untuk menjadi seperti job-seeker yang mempunyai pengalaman, padahal saya benar-benar fresh graduate yang belum mempunyai pengalaman apa-apa. Saya diharuskan memilih dan kemudian berpendapat. Saya dihadapkan sesuatu kasus dan beliau ingin melihat respon saya dalam menyeleseikan kasus tersebut, saat saya menjawab dengan seluruh kemampuan saya yang memang awam di bidang ini dan ternyata membuat beliau tidak puas dan terus memberi saya pilihan-pilihan. Okee.. ada bagusnya walaupun begitu beliau banyak menjelaskan seputar posisi yang saya pilih, bagaimana kerjanya, ritme pekerjaan diperusahaan tersebut, penjelasan gamblang tentang divisi-divisi yang akhirnya membuat saya memilih salah satu divisi menurut kemampuan dan personality saya. Penjelasan beliau benar-benar hal baru bagi saya, saya hanya berdehem, mengangguk, mengiyakan dengan sorot mata penuh rasa ingin tahu dan penasaran yang tinggi. Kesimpulannya beliau lebih banyak omong daripada saya. Berkali-kali saya menatap tepat di manik mata beliau saat menjelaskan namun beliau terus menatap yang tak tentu. Alhasil kebosanan saya dalam ruang tersebut membuat saya sampai ingin melihat arloji saya, namun saya mengurungkan niat karena itu pasti tidak sopan. Saya mulai gelisah, dan jawaban saya semakin singkat, padat dan ga jelas. Beliau tidak pandai membawa suasana nyaman. Akhirnya wawancara berakhir setelah 30 menit lebih saya di dalam. Saya merasakan bahwa saya sudah di dalam lebih dari waktu itu.

Selama di perjalanan pulang, saya kesal bukan main dengan beliau, walaupun sangat terlihat santai tapi mengapa pertanyaannya mematikan seperti itu, namun semakin lama di ingat sepertinya saya yang memang sangat standar dalam menjawab semua pertanyaan itu. Dan hal itu membuat saya sedikit menyesal, karena ternyata saat pikiran saya sudah mulai tenang saya merunut kembali jawaban-jawaban saya masih bisa lebih bagus lagi dari jawaban saya di ruangan tadi. Yang saya bisa tangkap bahwa beliau hanya ingin berdiskusi dengan saya, beliau hanya ingin bertukar pikiran dengan saya. Toh saat jawaban pendek saya terlontar, beliau langsung memberikan penjelasan detail. Beliau hanya ingin melihat salah satu staffnya kreatif dan penuh dengan ide. Itu kesimpulan final saya.

5 komentar:

  1. mb, terima kasih infonya.. saya jadi tidak patah semangat karena mbaca blog mb.he trus menulis ya mb :D

    BalasHapus
  2. Mb, anak umy kah?? mb ak mau tanya2 bnyak tentang pps bri dong mb

    BalasHapus
  3. blog nya sangat membantu deh :)
    kamis saya interview user di BNI
    smoga bsa dlancarkan jg...

    BalasHapus
  4. blog nya sangat membantu deh :)
    kamis saya interview user di BNI
    smoga bsa dlancarkan jg...

    BalasHapus
  5. Terus kelanjutan dari cerita di atas apakah anda diterima?? :D

    Kebetulan juga saya habis resign dari pekerjaan lama, bisa saya jadikan referensi dan semangat untuk hunting pekerjaan yg baru. Klo bisa untuk interviewnya diberikan juga tips untuk menjawab pertanyaan agar lolos. Thanks

    BalasHapus