Kamis, 08 November 2012

Rona Hidup Rona


Details: 
Judul: Rona Hidup Rona
Penulis: Mia Arsjad
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2007

Preview:
Rona mantap batal menikah sama Tion, tunangannya yang terbukti brengsek. Biarpun semua sudah fix, biarpun dia harus menghadapi keluarganya dan keluarga Tion, Rona nggak peduli. Lebih baik batal sekarang daripada nekat dan akhirnya jadi janda cerai!
Umur Rona 28 tahun, dan ternyata batal nikah bukan cuma kembali jadi jomblo, tapi memicu kepanikan massal dari lingkungan sekitar. Semua takut Rona trauma jatuh cinta dan jadi perawan tua. Great!
Padahal Rona sama sekali nggak trauma. Dia jatuh cinta lagi. Betul-betul jatuh cinta. Love is blind, kata orang, dan itu betul. Cinta nggak mengenal tempat, usia, maupun waktu. Rona setuju setaus persen!
Tapi kenapa harus dia? Kenapa harus laki-laki itu yang bikin Rona jatuh cinta?!
Yah, cinta dan logika memang bukan pasangan akur, bukan?


Begitulah kira-kira isi preview di cover belakang novel ini. Sedikit tertarik namun menjudge bahwa kisah cinta kisah di novel ini akan sama seperti drama-drama Korea ataupun kisah cinta tak direstui ala Rom-Jul.
Setelah saya baca memang iyaa...mirip. Apalagi melihat apa yang terjadi akhir-akhir ini bahwa hubungan percintaan memang tidak mengenal hal apapun, dan saya berpendapat tidak ada salah dengan kisah Rona dan Tama.

Berikutnya benar-benar bukan review, tapi sudah mengarah ke spoiler. Saya memang tidak bisa mereview novel, film ataupun drama yang membuat penasaran, karena pada akhirnya saat saya mencoba menulis review jatuhnya malah saya menulisnya secara lengkap beserta ending dan komentar-komentar dari saya.

Rona adalah wanita yang mandiri yang sudah cukup matang untuk segera menikah, tapi mendapati jika Tion, tunangannya tidak seperti yang di harapkan membuat Rona wajib mencampakkan pria yang sudah dikencaninya selama 2 tahun itu. Tion sudah melekat di keluarga Rona sebagai menantu idaman. 3 bulan lagi mereka nikah, semua persiapan sudah setengah jalan, undangan, foto, catering hingga gedung sudah beres. Belum lagi hubungan kedua keluarga besar Rona dan Tion yang bisa dikatakan cukup harmonis, membuat semua orang pasti menyayangkan keputusan Rona. Namun Rona keukeuh, daripada dia cerai dan menjadi janda atau parahnya mengalami KDRT, jadi sebaiknya dia mengakhiri semuanya. Kebayang apa yang terjadi? Yaa semuanya panik. 2 keluarga itu akhirnya bertemu, Tion masih ingin memperbaiki lagi, tapi keputusan Rona benar-benar final. Lelaki ganteng dan mapan tapi brengsek luar biasa, siapa yang mau coba??

Setelah Rona menjomblo lagi dan merasa senang dengan kehidupan bebasnya lagi tanpa ada status apa-apa. Rona dihadapi masalah, setelah melalui mingu-minggu tergalaunya pasca batalnya pernikahannya, dia harus dijodoh-jodohkan oleh sahabat dan sodaranya. Semua punya alasan, takut Rona patah hati dan trauma berpacaran. Mulai dari engkong kaya asli Jepang, pria macho nan gagah, sampai pria mapan tapi super kaku semuanya disodorin ke Rona. Belum lagi si Tion yang memang masih mengharapkan Rona kembali dengan mulut manis penuh kata maaf dan penyesalan beserta kata-kata picisan yang membuat rona gerah. Rona dikelilingi banyak pria, itu karena pekerjaannya sebagai Public Relation sebuah kafe ngetop. Semua klien pria Rona kebanyakan adalah pria mapan, keren dan pastinya matang, tapi tidak ada yang menggetarkan hati Rona. Rona malah jatuh cinta kepada seseorang yang tidak akan pernah di sangka-sangkanya. Pria berusia 19 tahun, masih kuliah di semester 1 dan parahnya tuh cowok adalah gebetan adik Rona. Mia Arsjad benar-benar membuat pembaca terpesona dengan sosok Tama, pria unpredictable yang kadang konyol, romantis dan dewasa. Walaupun berusia 19 tahun tapi Tama bukanlah sosok yang kanak-kanak, Tama sosok laki-laki yang dewasa, pengertian dan sangat penyayang. Belum lagi dari segi fisik Tama memang terlihat dewasa. Siapa coba yang tidak terpesona dengan sosok Tama? Rona yang mati-matian mengelak pesona Tama pun ternyata tidak sanggup. Tama membuat hidup Rona penuh warna. Tama adalah sosok idaman Rona. Mia Arsjad berhasil merangkai seluruh kisah cinta Rona dan Tama dengan manis, membuat pembaca terbuai dengan kisah mereka. Walopun berbeda usia hampir 10 tahun tidak membuat keduanya gentar, keduanya saling mencintai, keduanya saling melengkapi. Mia berhasil membuat pembaca masuk kedalam kisah beda usia ini. Saat membaca novel ini, pikiran saya sedikit terbuka dengan kisah cinta beda usia, toh kalo mereka menjalaninya dengan bahagia, kenapa harus ditentang?

Kisah Rona-Tama pun tidak sehalus sutera. Mempertahankan hubungan mereka benar susah setengah mati. Keduanya terpaksa backstreet, menyembunyikan hubungan demi menjaga perasaan keluarga besar Rona. Semuanya dilakukan secara diam-diam. Jomblo di depan, ngga Jomblo di belakang. Meskipun begitu, keduanya bahagia menjalani ini, canda tawa mengiringi langkah mereka bersama dalam menguntai asmara. Kerapkali mereka mendapat tekanan dari dalam diri mereka untuk menolak tipe hubungan tidak sehat seperti ini. Rona takut adiknya marah karena ia tahu pasti bahwa adiknya sangat menyukai Tama. Rona juga takut orangtuanya marah besar. Mana ada sih orang tua yang mau punya menantu masih kuliah dan belum bekerja sedangkan istrinya seorang yang sukses dalam berkarir. Cerita pacaran diam-diam ala Rona dan Tama, ditulis dengan sangat manis oleh Mia, tidak ada kegelian saat membaca kisah itu, baik Tama ataupun Rona lebur menjadi satu saat bersama. Tama bisa mengimbangi pola pikir Rona, begitu juga dengan Rona yang selalu bernostalgia seperti remaja saat bersama Tama. Keduanya benar-benar jatuh cinta setengah mati.

Perlahan tapi pasti semuanya pasti terungkap, mulai dari sahabat Rona yang memergoki, dilanjutkan dengan kecurigaan adik Rona yang walhasil juga memergoki keduanya berpacaran, semuanya tiba-tiba runyam. Hubungan Rona dengan adiknya menjadi renggang dan semakin parah. Walaupun begitu baik Rona dan Tama tidak ingin menyerah. Mereka ingin terus bersama. Semua orang tahu bagaimana besar rasa cinta Tama untuk Rona, begitu juga dengan Rona untuk Tama.

Kalopun ternyata kita harus pisah, bukan karena aku mau, bukan karena aku sanggup, tapi karena kita harus atau terpaksa - Tama

Siapa yang bisa menyangka goresan takdir yang direncanakan Tuhan?

Rona yang tertekan dengan dirinya sendiri akhirnya memancing emosi Tama yang akhirnya mereka bertengkar hebat untuk pertama kalinya. Tanpa di duga sebuah kejadian merenggut semuanya. Merenggut kisah manis mereka. Sebuah kecelakaan hebat menimpa Rona dan Tama. Kecelakaan itulah garis takdir mereka. Tidak ada yang menyangka. Tidak ada yang menduga.
Mia Arsjad sekali lagi mengungkapkan seberapa hebat sosok pria seperti Tama, pembaca tahu kadar cinta Tama untuk Rona tidak main-main. Di saat emosi dan tertekan pun, rasa cinta Tama yang besar untuk Rona membuat Tama bahkan sanggup memberikan apapun, bahkan termasuk nyawanya.

Tama koma.
Pukulan telak bagi Rona, karena Rona ingat bagaimana Tama benar-benar melindunginya saat kecelakaan itu terjadi. Sejuta penyesalan merayapi hatinya karena dirinyalah Tama emosi dan kecelakaan itu terjadi. Belum cukup rasa sakit yang diterimanya, hubungannya dengan Tama akhirnya terbongkar. Bisa ditebak. Keluarga Rona menentang hubungan itu.
Takdir memainkan perannya lagi.
Ayah kandung Tama menginginkan agar Tama dirujuk di sebuah Rumah Sakit di Singapura. Semua orang mengharapkan Tama untuk cepat sembuh, tapi syarat dari Ayah Tama membuat semuanya tidak berdaya.
Ibu dan Kakak Tama, Rema tidak bisa menyanggah Ayah Tama. Rona juga tidak bisa berbuat apa-apa. Pilihan terbaik adalah Tama memang harus cepat sembuh, walaupun mereka harus terpisah entah sampai kapan waktunya.

Kalo memang kita harus pisah bukan karena kita mau tapi karena kita harus - Rona

Setahun tanpa kabar apapun dari Tama, membuat Rona ditekan oleh lingkungan sekitarnya untuk terus move on. Rona tidak bisa terus menunggu Tama yang tidak tahu kapan sembuh. Ayah Tama benar-benar memblokir semua komunikasi antara Tama dengan keluarga di Indonesia.

Bangkit kembali itu susah. Apalagi untuk membuka hati Rona yang memang telah tergembok untuk Tama. Rona dibantu oleh Rema, kakak Tama untuk terus melanjutkan kehidupannya. Rema mirip Tama, itulah kenapa Rona nyaman di samping Rema. Rema memiliki kunci yang bisa membuka hati Rona kembali.

Aku terima biarpun kamu nerima aku cuma gara-gara aku mirip Tama.
Aku nggak pa-pa kamu tinggalin aku misalnya Tama balik kesini. Tapi, kasih aku kesempatan - Rema

Hati Rona luluh. Saat keterpurukan melanda dirinya, Rema yang membantunya. Seorang yang memberi perhatian, rasa nyaman dan rasa sayang yang dibutuhin Rona. Tidak dipungkiri Rona, bahwa kemiripan Rema dengan Tama-lah yang membuat seluruh getar itu muncul. Rema memberikan semuanya, sama seperti Tama yang memberikan semuanya untuk Rona. Perlahan tapi pasti Rona membuka hatinya. Apalagi keadaan terus mendukungnya untuk menerima Rema. Seluruh keluarga besar Rona dan sahabat-sahabat Rona semuanya mendukung Rema. Mendoktrinkan Rona bahwa Rema adalah sosok pria terbaik untuk Rona. Rona dilema ditengah ketidakpastiannya terhadap kondisi Tama yang tidak ada kabar. Dilema karena rasa sayangnya untuk Tama masih sangat besar.

Kalo ditanya apa bedanya rasa cintanya buat Rema dan Tama, Rona nggak bisa jawab. Dari detik pertama dia nerima cinta Rema nggak ada sedikitpun niat main-main. Hatinya betul-betul untuk Rama. Tapi bagian hatinya untuk Tama, tetap utuh dalam porsi yang sama.

Kadang-kadang dalam hidup, ada lebih dari satu laki-laki yang mungkin tepat untuk mendampingi hidup kita. Tapi hidup manusia memang selalu dihadapkan pilihan. Pilihan untuk mencari yang paling tepat dari semua yang tepat.

Doa Rona terkabul. Tama sembuh. Tama kembali. Tama menemuinya.
Tama kembali menemui Rona. Tama kembali membawa hati yang matang, hati yang telah ia siapkan pada saatnya tiba, saat ia harus dan terpaksa melepaskan Rona. Tama melepaskan Rona untuk Rema. Tama menyayangi kakaknya melebihi apapun dan dia yakin pria yang paling tepat bersanding dengan Rona adalah sang kakak, bukan dirinya lagi.

Baik Tama dan Rona mulai membuka hati mereka kembali. Tama memulai kembali dengan Freeya, karena dia begitu mirip dengan Rona yang bikin Tama selalu merasa dekat dengan Rona. Freeya mengisi kekosongan sekaligus memberi kenyamanan di hati Tama selama berada di Singapura.
Begitupun dengan Rona, dia memilih Rema karena Rema begitu mirip dengan Tama yang bikin Rona selalu merasa dekat dengan Tama.

Semuanya tuntas. Semuanya selesei dengan Indah. Rona dan Tama masih saling menyayangi dan mencintai, tapi hanya sebagai kakak dan adik ipar.

Rona menyimpan cincin pemberian Tama. Sebagai kenang-kenangan. Supaya dia selalu ingat, bahwa ada satu rona indah yang pernah menghiasi hidupnya. Rona hidup Rona yang istimewa. Tama.


Komentar?
Saya terkejut dengan endingnya. Saya pikir Rona akan menunggu Tama. Saya pikir mereka akhirnya akan bersama mengingat begitu manis dan pahit kisah cinta mereka. Chemistry yang tercipta antara Tama dan Rona sudah sangat...sangat...sangat pas sekali, namun langsung ambrol begitu saja saat membaca endingnya. Ada rasa kecewa, sakit dan ketidakpuasan saat menyeleseikan novel ini. Baik Tama ataupun Rona harus dibuat terpisah karena keadaan dan mereka harus menemukan cinta baru. Terkesan dipaksa. Padahal sampai ending pun tergambar jelas kalo keduanya masih sangat mencintai, baik Rona dan Tama sendiri. Tapi sekali lagi keadaan yang memaksa mereka harus berpisah. Tama sendiri yang merelakan Rona untuk kakaknya, karena Tama sadar jika dia kembali maka semuanya akan rumit, Tama juga tidak bisa menjanjikan apa-apa jika dirinya bersama Rona. Sedangkan Rona, dia hanya ikhlas melepas semuanya, apalagi Rema kini menjadi suaminya, dan Tama akhirnya menjadi adik ipar.
Iyaasih jika ditilik lebih jauh, Rema memang yang paling pas untuk Rona. Faktor utama karena Rema hadir disaat Rona terpuruk, memberikan Rona kasih sayang dan rasa nyaman. Rema juga sangat mirip dengan Tama. Apapun yang mirip dengan Tama bisa membuat Rona nyaman setengah mati. Selain itu faktor pendukung lainnya adalah usia mereka tidak terpaut jauh, Rema sangat mapan, dan keduanya pernah batal nikah. Jadi setidaknya mereka memiliki kisah percintaan menyakitkan yang kurang lebih sama.  Dan satu lagi, semua orang seakan menyuarakan pernyataan final, bahwa Rona dan Rema memang serasi.

Tidak begitu diceritakan dengan jelas mengenai Tama di bab-bab terakhir, tiba-tiba saja Tama sembuh dan muncul di depan Rona. Saya juga penasaran setengah mati dengan sosok Freeya yang bisa membuat Tama mau membuka hatinya kembali. Okee saya memang bisa melepas Rona untuk Rema. tapi Tama untuk Freeya?? Mia Arsjad seharusnya memberikan bab tersendiri mengenai kisah Tama dan Freeya, bagaimana perjuangan Tama untuk bisa sembuh, bagaimana cara Tama dalam menghadapi keadaannya saat ia terbangun dari komanya di Singapura tanpa Ibu dan Kakaknya dan tentu saja tanpa Rona, bagaimana Tama bisa menganggap Freeya mirip Rona, dan bagaimana kisah Tama dan Freeya terjalin. Ahh setidaknya agar pembaca pun bisa menerima Freeya seperti pembaca menerima Rema.

Seperti menonton drama, saat membaca novel saya bisa terhanyut paling dalam. Saya bisa merasakan kesal, emosi, geli, sedih hingga menangis. Saya bisa terbuai dan masuk kedalam imajinasi sang penulis. Itulah kenapa saat kisah berakhir tidak seperti yang saya harapkan maka ada muncul rasa tidak rela yang terus mengganjal yang akhirnya membuat imajinasi saya melayang sesuka hati membuat akhir kisah itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar