Cari kerja itu sulit. Ya aku
membenarkan pernyataan itu.
Saat kuliah dulu aku selalu
bercita-cita untuk dapet kerja dan menjadi wanita karir dengan gaji yang besar.
Saat mengerjakan skripsi, aku banyak dapat masukan seputar mencari pekerjaan
dari kakakku. Dalam waktu kurang dari setahun setahun karir kakakku sukses dan
gajinya besar. Aku kemudian memikirkan, “ahh.. aku ingin seperti kakakku”. Saat
ijazah berada di tangan, keinginan untuk menjadi seperti kakakku makin besar
dan aku ingin sekali menjadi seorang kepala cabang/kepala seksi/kepala bagian
di usia muda, di mana pasti akan sangat hebat jika seorang perempuan menjadi
pemimpin. Itulah yang membuat aku memilah-milah posisi saat mencari lowongan
pekerjaan, seperti MT, MDP, ODP, ataupun posisi lainnya yang kedepannya akan berproses
untuk menjadi seorang pemimpin.
Dan ternyata itu susah, cukup
berat tesnya dan juga saingannya tentu banyak sekali, karena posisi-posisi
itulah di mana membuka peluang untuk semua jurusan. Aku sendiri saat mengikuti
tes-tes tersebut, selalu tersingkir di tahap-tahap awal. Aku jadi menyadari
kalo aku memang belum bisa berkompetesi dan
masih perlu belajar lagi dalam mempelajari tes tersebut.
Aku pernah mengikuti sebuah job
fair, saat masuk ke sebuah perusahaan, di mana salah satu HRD-nya berkata pada
saya, “Sebenarnya kita memang perlu memilah-milah pekerjaan karena pastinya
semua orang menginginkan pekerjaan yang memadai yang terlihat bergengsi, tapi
saat kita menyadari kemampuan kita masih belum mampu, sebaiknya mencoba sesuatu
yang lain”. Saat itu aku hanya manggut-manggut mengiyakan tanda setuju. Kemudian
ada seorang pegawai muda yang menjaga salah satu booth sebuah Bank besar,
berkata “saya dulunya melamar sebagai Teller loh mbak, kemudian karena kinerja
saya bagus, saya di angkat ke bagian ADP”.
Ada lagi satu hal “kebodohan”
saya, hahahaha.
Entah kenapa saya selalu tertarik
untuk melamar pekerjaan yang berbau internasional ataupun yang pekerjaan yang
berkualifikasi “Fluent english oral or written”. Oke kali ini saya kepedean,
karena sebenarnya bahasa inggris saya masuk dalam kategori pasif, saya bisa
untuk reading, written and listen, but i’m not good in speaking. Saya merasa pronoun
saya weak, makanya saya engga pede kalo harus speak english karena nantinya
terdengar berantakan. Belum lagi masalah grammar saya yang memang kacau.
Hehehehehe. Setelah mendapat pengalaman saya di wawancara in english tapi bukan
english interview yang umum, dan hasilnya memang cukup menampar saya karena di
bilang, “you’re not good in english but why you so brave apply this position”.
Yang lebih parah lagi adalah komentar “not all International Relation student
good in english”. Oke. Fin. :)
Dari pengalaman-pengalaman itulah
saya berusaha kedepannya memilih pekerjaan dengan sangat cermat melihat
kualifikasinya dan tidak langsung apply gara-gara ada tulisannya “any major or
any disipline”. Saya juga menyadari bahwa saya tidak harus seperti kakak saya,
saya mungkin boleh mencontoh usahanya yang gigih, tapi saya tidak boleh keukeuh
harus seperti kakak saya karena saya sendiri sebenarnya masih belum mampu. Walopun
saya tetap meng-apply dalam posisi MT, MDP, ODP, tapi saya tidak terpatok untuk
posisi2 itu saja, saya tetap melihat lowongan lainnya yang sesuai dengan
kemampuan saya, karena saya yakin pengalaman adalah guru. Dan pengalaman itulah
yang akan menempa diri saya kedepannya, dan bisa saja saat saya memulai dari
bawah saya bisa terus menanjak dan akhirnya keinginan saya untuk berada di atas
bisa tercapai. Amin.
tetep semangat ya dear.. rejeki udah ada yang ngatur, tinggal usaha dan doa. semangat!! :D
BalasHapus