Kamis, 19 April 2012

Rasanya Ketinggalan Pesawat

Waktu memang sangat berharga.

Seorang teman pernah bercerita kepadaku jika dia pernah ketinggalan pesawat ketika dia hendak pulang ke Banjarmasin. Pada waktu itu reaksiku hanya bisa ketawa terbahak-bahak, dan menyalahkan dirinya karena bangun kesiangan. Itulah kisah paling lucu yang pernah aku dengar tentang kesiangan yang berujung ketinggalan pesawat.

 Dan akhirnya aku mengalaminya sendiri. Aku merasakan bagaiman perasaan temanku itu. Hal itu terjadi pada saat aku pulang untuk menghabiskan masa libur lebaran di Sorong. Jadwal kebarangkatanku sebenarnya adalah pada tanggal 11 Agustus 2011, jam 6 pagi dan sudah harus cek-in pada jam 5 pagi.

Itu pertama kalinya aku menaiki pesawat selain maskapai yang biasa aku gunakan, maskapai yang biasa aku gunakan adalah maskapai paling tidak profesional karena hobi ngaret, masih berbekas di ingatan, terakhir aku menggunakan maskapai tersebut penerbanganku delayed hingga 6 jam dan aku harus transit semalaman di Makassar, alhasil aku baru tiba di Sorong esok harinya. Okee lupakan kisah yang ini yaa...

Seminggu sebelumnya saat aku membooking tiket untuk pulang terpikir untuk menggunakan maskapai ngaretan itu, tapi seorang karyawan dari agen pemesanan tiket menawarkan adanya maskapai lain selain maskapai ngaretan itu dengan tujuan ke Sorong. Aku pun memikirkan kembali dan membandingkan harga tiket kedua maskapai tersebut pada penerbangan di tanggal 11 Agustus 2011, dan hasilnya cukup fantastis perbedaannya sangat mencolok yaitu 600.000. Aku pun tanpa mikir dua kali langsung memesan tiket maskapai penerbangan ini yang ternyata adalah harga promo karena harga aslinya sama saja dengan maskapai ngaret tersebut.

Sehari sebelum keberangkatan aku sudah mempersiapkan semunya dengan sangat matang. Alarm pun sudah ku stel pukul setengah 4, tanpa di stel pun aku pasti bangun karena harus bersantap sahur. Aku bangun jam setengah 4, setelah itu aku mandi dan bersantap sahur dengan santai. Waktu menunjukkan pukul setengah 5, aku langsung menelpon taksi yang berlokasi di gamping (deket ama t4 kos). Kalo biasanya aku tidak pernah khawatir untuk yang mengantar ke bandara karena pasti ada kakakku yang menemani, tapi kali ini aku sendirian karena kakakku sudah bekerja di luar kota.

Perkiraanku taksi akan datang dalam waktu 15 menit, dan aku bisa tiba di bandara sebelum pukul setengah 6. Namun entah kenapa mungkin karena letak kosku yang sangat susah dicari atau supir taksinya yang gatau tentang Jogja, taksi tersebut tiba 1 jam kemudian yang berarti jam setengah 6. Aku memang sudah menelpon taksi lainnya namun yang datang duluan taksi dari gamping ini. Cukup emosi dan hampir saja membentak supir taksi tersebut namun aku lebih memilih diam dan menyuruh supir taksi tersebut untuk ngebut dan harus sampai sebelum pukul 6. Apa daya harus ngebut dengan jarak yang cukup jauh, UMY - Adi Sucipto. Aku sampai di bandara jam 6 kurang 10 menit. Bandara sudah terlihat padat dan banyak yang mengantri di pintu pertama.

Aku langsung menarik troli terdekat dan berlari mencoba menerobos antrian. Petugas di pintu tersebut pun mengatakan jika pesawat sudah boarding, dengan wajah memelas aku berusaha menerobos antrian berharap ada yang memberikan jalan kepadaku dan yess, semua orang kasihan padaku dan mempersilahkan lewat, dengan tampang panik aku pun nyaris mendorong troliku melewati bagian pengecekan barang, dan langsung dihalangi petugas, aku pun dengan terburu-buru mengikuti prosedur dengan wajah yang bisa dibilang nyaris mewek. Aku mendorong troliku kencang ke bagian cek in maskapai yang sudah kosong tak ada antrian.

Dengan napas ngos-ngosan, aku menunjukkan tiketku pada petugas tersebut dan langsung dijawab dengan gelengan kepala. Pesawat memang belum berangkat tapi aku tidak bisa masuk. Hal itu dikarenakan statusku belum sebagai penumpang yang mempunyai kursi. Jika saja aku sudah cek-in terlebih dahulu, aku sudah pasti diperbolehkan masuk. Kesimpulanku adalah maskapai yang aku gunakan kali ini sangat on-time.

Aku langsung berubah seperti anak kecil. Dengan memohon-mohon dengan wajah hampir menangis dengan mata mulai berair aku meminta belas kasih untuk diperbolehkan masuk. Aturan tetap aturan, aku bukan artis, bukan pejabat, dan bukan presiden, aku hanya seorang gadis biasa yang bahkan belum melakukan cek-in. Harapan terbang dan sampai di Sorong pada hari itu pupus sudah. Dengan tatapan kasihan dari orang-orang yang melihatku, aku mendorong troli ke pintu keluar dan tangisku pecah menelpon Papa. Apa reaksi Papaku ? Hemm dia tertawa karena kebodohan anaknya ini, dan dia pun marah karena aku seperti anak kecil yang langsung menangis. Papa menyuruhku berhenti menangis dan harus mencari solusi bagaimana aku bisa terbang tanpa membeli tiket dengan harga utuh.

Tangisanku tidak lebay seperti ketika aku putus, sehingga wajahku tidak merah dan mataku tidak bengkak. Aku pun memberanikan diri ke loket maskapai pesawat dan meminta solusi. Hasilnya aku bisa mendapatkan tiket untuk penerbangan esok paginya dengan setengah harga saja. Aku cukup lega karena aku tidak harus membayar penuh, tapi ironisnya adalah harga tiketku jadi sama saja dengan harga pesawat tujuan Sorong lainnya dan yang membuat nggerus adalah pesawat ngaret yang kebetulan jam terbangnya sama denganku yaitu jam 6 pagi masih berstatus check-in alias belum berangkat alias ngaret (again).

Dengan langkah sangat gontai, aku mendorong troli mencari taksi. Nomor si supir taksi pun aku minta untuk menjemputku besok. Pas di jalan sendiri, aku sudah heboh curhat di twitter dan mendapat sambutan simpati dari teman-teman. Sampai di kos aku di kasihani sekaligus di tertawakan oleh orang-orang yang sudah kupamiti dari tadi malamnya. Nah 1 hal yang bikin jengkel adalah si supir taksi yang nganter aku pulang ini calling back dan bilang ongkosnya kurang, padahal aku sudah membayar tarif yang sesuai loh. Dan si supir ngambek dan bilang tidak mau menjemputku besok. Whuuutt wtf.

Aku pun mencoba menelpon supir taksi yang membuatku telat dengan harapan dia mau bertanggung jawab, dan apa reaksinya? dia minta maaf dan berjanji besok akan mengantarku tepat waktu.

Aku bangun lebih pagi lagi yaitu jam 3!!!
Setelah itu mandi, dan sahur jam setengah 4. Saat sahur aku mencoba menghubungi supirnya tapi hpnya ga aktif. Aku sudah mulai cemas dan kesal. Aku meng-sms berkali-kali dan hampir saja menulis kata-kata kasar kalau tidak si bapak kos manggil "Dek Lusi ini ada taksi di depan".
Kalang kabut karena belom pake jilbab, make up dan segala macam, aku turun ke bawah untuk meminta di tunggu, dan ternyata si taksi udah ada di depan kos dari jam 3. Ternyata faktanya, si bapak supir taksi sedang tidak ada jadwal sehingga meminta temannya untuk mengantarku. Dan si supir ini bilang kalo bapak supir taksi kemarin itu mewanti-wanti agar jangan terlambat menjemputku. aiihh baik banged bapaknya.

Aku berangkat dari kos jam 4 kurang 10 menit, dan sampai di bandara jam 4 lebih 15. Ternyata bandara masih TUTUP!!
Bapaknya tidak mau nunggu di gerbang, dia akhirnya memilih gerbang samping yang di jaga oleh TNI AU, dan meminta izin dan diperbolehkan masuk. Aku akhirnya sampai di bandara dan benar-benar masih kosong, hanya ada petugas cleaning service. Kesimpulan, kali ini kepagian!!

Kata Papa: "Lebih baik kepagian nak, daripada kesiangan"

Dan akhirnya tanggal 12 Agustus 2011, jam 06.00 WIB, aku terbang menuju bandara Makasar untuk transit kemudian terbang ke bandara Sorong.

Hahahaha kalo ingat ini bawaannya pengen ngetawain diri sendiri, dan menjadi bulan-bulanan adek-adekku di rumah. Pelajaran yang diambiil adalah lebih baik kepagian daripada kesiangan!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar